Kota Cirebon jarang berdiri di podium para juara wisata Pulau Jawa. Pamornya di kalangan wisatawan bukan apa-apa dibandingkan kota-kota lain yang sama-sama menawarkan wisata kuliner, batik, dan keraton. Katakanlah Yogyakarta atau Solo.
Cirebon seperti menyingkir dari riuh rendah gemerlap wisata. Namun ini tidak berarti bisnis wisata tidak bergeliat di Cirebon.
Di luar perkiraan saya, hotel mudah sekali saya jumpai bertebaran di dalam kota. Apa yang sebenarnya wisatawan cari di Cirebon?
Jika dilihat dari kacamata lain, belum terlalu diliriknya pariwisata Cirebon—dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa Barat—membuat kota ini menjadi tempat yang tenang.
Waktu seperti enggan terburu-buru berganti hari. Orang kalem lalu lalang di jalan seperti tidak tergesa-gesa, menikmati kota yang tenang.
Hotel yang saya sambangi waktu itu juga bertengger di Jalan Siliwangi yang tenang, berderet dengan kantor walikota, stasiun kereta api Cirebon, dan Masjid Raya Cirebon.
Sangat strategis, saya pikir. Mudah untuk menuju stasiun kereta api, mudah pula untuk mencari penganan malam di alun-alun depan Masjid Raya.

Ibis Budget Cirebon adalah anak bontot di sini. Hotel teranyar yang belum genap sebulan beroperasi sejak diresmikan awal September lalu.
Saya dapat dengan sangat mudah menemukan Ibis Budget Cirebon. Bukan hanya karena strategis, namun juga karena bangunannya yang sangat mencolok: pipih menjulang, dengan fasad biru dan putih yang terkesan segar dan teduh.
Kombinasi warna biru dan putih ini saya temui di seluruh ruangan hotel, seperti di kamar tidur. Warna biru di kamar menyegarkan mata, dan parket kayu di kamar juga membawa suasana hangat ke dalam kamar.

Saya kagum dengan cara Ibis Budget mengelelola ruangan yang hanya seluas 14m² secara efektif dan efisien. Kamar dengan luas terbatas ini sudah mencakup meja kerja berukuran mungil yang bertopang pada sebuah pilar lampu. Pada sisi lainnya, bertopang juga wastafel dan sebuah cermin.

Hal lain yang saya suka dari kamar budget ini adalah colokan listrik yang berlimpah. Mereka tidak pelit memasang “lubang-lubang yang wajib hukumnya” ini di sudut-sudut kamar.
Saya dapat bekerja sambil terhubung dengan listrik dan jaringan Wi-Fi yang kencang di dalam kamar.
Beberapa hotel bertarif serupa yang pernah saya datangi sebelumnya adalah hotel lawas yang belum beradaptasi dengan kebutuhan wisatawan masa kini: colokan listrik untuk lebih dari satu gawai mereka.
“Kalau dibilang, Ibis Budget semua murah, karena kita budget hotel. Hanya karena kami adalah international brand standard, kadang orang berpikir kita mahal. Padahal ngga. Dengan kisaran sekitar Rp300.000,00 per malam, saya pikir itu harga yang terjangkau untuk masyarakat Indonesia,” tutur Ricky Coen Arifin, General Manager Ibis Budget Cirebon ketika kami bersantap pagi bersama.

Tiga jam lebih kami duduk di ruang makan, bersama Jessica—rekan Ricky Coen di bagian pemasaran—bertukar ide dan pandangan tentang kota kecil ini. Mulai dari potensi wisata Kota Cirebon, hingga kebiasaan para tamu hotel.
“Ada tamu saya yang cukup fanatik sama kamar bunk bed kami, sampai-sampai kalau dia check in sendiri pun, maunya di bunk bed. Karena dia merasa hangat, seperti di rumah. At least ini yang beliau komentari”, kali ini Ricky Coen merujuk pada kamar unik yang Ibis Budget tawarkan untuk pada wisatawan Cirebon.

Kamar dengan ranjang susun ini bukan hanya menjaga kamar tidak sempit dengan kasur tambahan, namun juga nampak akan memberi pengalaman baru bagi para tamu hotel. Siapa pikir, setiap anak kecil yang dibawa menginap oleh orang tuanya akan girang untuk tidur di ranjang atas.
Sebagian besar tamu yang bermalam di Cirebon adalah wisatawan. Pebisnis tidak banyak datang ke kota ini, meski Ricky Coen yakin betul, Cirebon akan berkembang lebih pesat setelah Bandara Internasional Kertajati mulai beroperasi pada Februari 2018.



Kesan lain yang tidak lepas dari ingatan saya adalah hangatnya sambutan yang saya terima di Ibis Budget Cirebon, mulai dari gerbang masuk, hingga di dalam kamar.
Brand Ibis Budget sudah standar seperti ini, saya udah ngga bisa ngapa-ngapain lagi. Apa yang bisa saya offer selain human touch? Ngga ada lagi sepertinya”
—Ricky Coen Arifin, GM Ibis Budget Cirebon
Saya ingat betul ketika seorang petugas keamanan begitu ramah menyapa dan mengantarkan saya ke dalam lift, petugas reception—yang sudah pasti ramah hampir di semua hotel—hingga yang membuat saya tersenyum, yaitu sambutan yang diberi di dalam kamar: segelas kopi yang masih panas dan kartu sambutan dari manajemen hotel.
Saya menganjurkan Anda untuk singgah di Cirebon jika Anda ingin mencoba tempat berlibur yang berbeda dari Bandung dan Bogor. Baik untuk berburu batik bermotif mega mendung di Desa Trusmi atau menjajal empal gentong dan mie koclok khas Kota Cirebon.
Dari Jakarta, Kota Cirebon bisa ditempuh dengan menggunakan kereta api selama sekitar tiga jam perjalanan. Hotel Ibis Budget bisa Anda temui di Jalan Siliwangi, dengan berjalan kaki di trotoar yang lapang dari Stasiun Cirebon. Hanya sekitar 500 meter.
Jalan Siliwangi nomor 88
Kebonbaru, Kejaksan, Cirebon
Tel: (+62) 231-7000-200
Fax: (+62) 231-7000-201
fo@ibisbudget-cirebon.com
jadi pengen jalan jalan ke cirebon nih
LikeLike