Saya masih ingat ketika tahun lalu, saya dan tiga orang teman merencanakan pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur. Semua hal sudah dipersiapkan sebelum berangkat meninggalkan Jakarta. Tinggal satu: izin pendakian.
Bukan, bukan izin dari boss atau keluarga. Sudah aman itu semua. Izin pendakian yang saya maksud adalah surat izin masuk kawasan konservasi atau simaksi.
Izin ini dikeluarkan oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai pengelola taman nasional.
Sebenarnya, pengajuan izin bisa dilakukan secara online. Mudah. Kita hanya perlu memilih tanggal pendakian, memasukkan data pendaki, lalu membayar melalui transfer. Selesai.
Masalahnya waktu itu, kami tidak dapat memilih tanggal pendakian pada bulan berikutnya. Kami hanya bisa memilih tanggal pada bulan yang sedang berjalan. Saya pun beberapa kali mencoba menelopon kantor Balai Besar. Tidak ada jawaban.
Kami bertempat pun akhirnya nekat langsung datang ke Gunung Semeru untuk melakukan pendaftaran secara langsung. Beruntung. Kuota masih belum penuh.

Beberapa hari lalu saya membaca berita. Mulai 1 Oktober 2017, Balai Besar TNBTS hanya memberlakukan pendaftaran pendakian secara online melalui situs resmi TNBTS.
Artinya, pendaftaran langsung akan ditutup mulai Oktober 2017. Artinya lagi, setiap calon pendaki harus mendaftarkan namanya, paling lambat satu minggu sebelum pendakian (sesuai syarat waktu yang tertera di situs resmi Balai Besar TNBTS).
Mengutip kompas.com, Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan Balai TNBTS, Nova Elina, menyebut pemberlakuan aturan ini dilakukan untuk memudahkan pengaturan kuota pendaki.

Saya mencoba masuk lagi ke situs resmi TNBTS hari ini, 15 Juli 2017. Saya memilih tanggal pendakian bulan berikutnya, Agustus. Voila! Sudah bisa!
Namun, menurut Nova seperti dikutip dari kompas.com, aturan terperinci mengenai pendaftaran online ini masih dibahas oleh Balai Besar.
Setiap hari, Balai Besar membatasi jumlah pendaki yang naik ke Gunung Semeru. Hanya 600 orang pendaki per hari.
Mengapa dibatasi? Pertama, untuk menjaga agar taman nasional tidak terlalu dipadati oleh manusia. Manusia datang berwisata ke gunung dengan segala dampaknya, meninggalkan sampah (baik di jalur pendakian atau di desa terdekat), atau mungkin saja, mengusik ekosistem di jalur pendakian.
Alasan kedua, menjaga kenyamanan para pendaki. Beberapa tahun lalu, saya mendaki Gunung Semeru pada saat Hari Raya Idul Adha. Sepi sekali. Menyenangkan, sekaligus menenangkan.

Jalur pendakian menuju Mahameru yang sepi membuat saya bebas menikmati perjalanan tanpa harus berhimpitan atau tergesa-gesa ‘ditekan’ pendaki lain di belakang saya.
Hal lainnya, tentu saja Kalimati dan Ranu Kumbolo yang sepi saat kami berkemah. Tanpa tergesa-gesa memilih lapak berkemah, kami bisa mendapat tempat terbaik untuk mendirikan kemah.
Setahu saya, sudah ada taman nasional lainnya yang sudah memberlakukan pendaftaran pendakian online secara ketat, yakni Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Balai Besar TNGGP bahkan sudah membuat peraturan baru tahun ini, melarang pendaki membawa tissue dan air minum dalam kemasan. Peraturannya bisa dibaca di sini.
Selanjutnya, saya harap Balai Besar TNBTS bisa menyosialisasikan informasi penghentian pendaftaran langsung ini dengan baik, agar tidak ada calon pendaki yang kecewa karena datang ke sana menemui loket pendaftaran yang sudah tidak dibuka.
Jika Anda mengalami kendala pendaftaran, silakan kontak kantor Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di (0341) 491-828 atau kantor resort PTN Ranu Pani di 0822-3211-2001.
Baca juga: Budaya Ngemis Oleh-oleh di sini.

Berasa kayak trekking di Annapura yak, gak boleh bawa air minum kemasan, harus bawa botol sendiri, ahaha
Belum sempat ke Semeru nih, kayaknya bakalan ikut milih pas Hari Raya Idul Adha aja deh, nyari sepiiii…ahaha
LikeLike
Oh sama ya ga boleh bawa AMDK? Bagus lah. Biar ga banyak sampah di gunung atau desa.
Ayo ke Semeru! Saya dukung! 🙌
LikeLike
Masih boleh kok bawa air minum kemasan
LikeLike
Abis kadang kalau bawa botol minum kemasan begitu habis suka dibuang sembarangan, sih. Tapi memang kalau terlalu penuh gak asik. Jadinya udah kayak pasar malam 😀
LikeLike
Iya. Sependapat. Terutama kalau berisik, jadi kurang asik 🙂
LikeLike
Wah, bener2 bidikan kamera pro ya, beda banget sama aku yang masih awam.
LikeLike
Wah. Makasih 🙂
LikeLike