Ketika Anda masih mempertimbangkan untuk berkelana sebatang kara, para perempuan ini sudah melakukannya.
Bukan perjalanan di belakang ‘garis aman’, keempat kawan saya ini melakukan perjalanan sendirian atau solo traveling ke negeri orang.
Bagi sebagian orang, solo traveling bukanlah hal yang baru dan aneh. Namun, ada juga yang masih menganggap solo traveling sebagai hal yang tidak lumrah. Apalagi, jika kegiatan ini dilakukan oleh seorang perempuan. Salah satu alasannya, perempuan dianggap lebih rentan menjadi target kekerasan.
Di luar dugaan saya. Ternyata faktor keamanan dari ancaman kekerasan bukan hal utama yang mereka takutkan! Bukan, teman-teman saya ini bukan atlet pencak silat atau anggota paspampres!
Lantas apa yang bisa menjadi mimpi buruk bagi para perempuan petualang ini? Hal apa yang membuat mereka berani sekaligus paling mereka takutkan ketika bepergian sendirian?
Ah, langsung saja berkenalan dengan keempat teman saya. Semua akan berbagi pengalaman tentang petualangan ‘solo karir’ mereka di negeri orang.
Lani Eleonora akan menceritakan apa yang ia rasakan ketika menembus batas-batas negara anggota ASEAN hingga nasib baik menerbangkannya ke India.
Ada pula Winny Marlina yang tak menyangka, ternyata perjalanannya di Jepang harus ia lakukan seorang diri. Kejutan ini membawanya pada pengalaman-pengalaman yang mengesankan.
Katrin Praseli juga akan mengisahkan pengalamannya solo traveling ke Nepal untuk mencicipi sepenggal jalur pendakian Everest. Sejauh mana ia berjalan?
Terakhir, Bijo ‘Bawang Ijo’ yang nekad pergi sendirian ke Iran—negara yang tidak dikenal sebagai negara yang ramah terhadap hak-hak perempuan.
Perkenalkan!
Dari mana ide untuk traveling kalian muncul?
Bijo: Biasanya ide traveling muncul begitu saja. Misalnya saat buka timeline twitter, saat nonton TV, atau saat buka WhatsApp, dan menerima pesan dari teman yang isinya, “Kak, mau ke Iran gak? AA lagi promo!” Dijamin deh saya langsung gak bisa tidur 3 malam sebelum kebeli tiket promo-nya.
Lani: Ide traveling sih udah lama banget, dari dulu cita-citanya gak mau kerja, maunya keliling dunia tapi dibayarin haha. Cuma kemarin itu trigger-nya karena patah hati berturut-turut dan lelah sama Jakarta. Semacam butuh merefleksikan hidup melalui perjalanan jauh dan panjang.
Winny: Ide traveling muncul pas melihat tiket promo. Waktu itu tidak ada keinginan untuk pergi ke Jepang, selain mupeng melihat blog orang tentang Jepang. Kemudian semesta seakan mendukung dengan adanya tiket promo ke Jepang. Alhasil ke Jepang dengan tujuan wisata Kyoto, Osaka, dan Tokyo.
Katrin: Simple aja kok. Aku cuma liat-liat foto temen-temen di FB. Mereka pergi ke Everest Base Camp juga, tapi kayanya dingin banget, padahal mereka perginya pas musim dingin hampir berakhir, jadi aku perginya beberapa minggu setelah musim dingin berakhir. Jadi trip kali ini bener-bener cuma impulse trip. Tapi impulse-nya naek gunung, metal banget yak.
Sejak awal memang berencana solo traveling, atau terpaksa? Alasannya?
Bijo: Terpaksa, karena nyari teman jalan yang punya hobi dan minat sama, gaji sama, dan jadwal cuti yang sama itu susah. Dulu saya ngajakin teman-teman traveling ke Iran dan mereka semua menolak dengan alasan takut dengan kondisi negaranya yang katanya nggak aman. Sekalinya nemu temen yang mau ke Iran, eh jadwalnya gak pas, akhirnya kami ambil jalan masing-masing dan berangkat sendiri. Bhay!
Lani: Memang maunya sendiri. Karena tadinya selalu punya pacar dan belum pernah jalan sendirian hehe.. Awalnya takut eh lama-lama ketagihan.
Winny: Sejak awal memang suka solo traveling, namun jika ada yang ingin gabung biasanya tidak menolak, namun pilih-pilih teman, karena jika salah membawa teman perjalanan konsekuensinya musuhan seumur hidup. Selain itu solo traveling lebih asik karena bisa bebas menentukan wisata kemana pun, kemudian bisa bertemu orang baru di jalan dan lebih fleksibel.
“Solo traveling aman-aman saja, sepanjang kita berpikiran positif dan menerapkan pepatah: di mana langit dipijak, di situ langit dijunjung.” —Winny Marlina.
Katrin: Sejak awal memang rencananya sendirian, bukan karena terpaksa, dan bukannya pengen ngebuktiin kalau aku #girlpower atau gimananya. Karena memang pengen aja! Ga bisa dijelasin kenapa pengennya.

Ada sebagian orang yang masih menganggap solo traveling untuk perempuan adalah hal yang berbahaya. Bagaimana menurut kalian?
Bijo: Enggak bahaya kok, kalo kita bisa menjaga diri dan selalu waspada. Jangan gampang percaya sama orang asing dan kelayapan tengah malam sendirian. (Padahal ini yang saya lakukan di Iran, untung aman hehe).
Lani: Sering banget dibilangin gitu, tapi Puji Tuhan selalu balik dengan selamat. Jumlah rekening tabungan aja yang nggak. Sebenernya selama selalu waspada dan percaya sama intuisi, akan baik-baik saja. Kayak misalnya di India, karena gue tau di sana kasus pelecehan seksualnya tinggi, gue ga pernah keluar malam sendirian atau pakai baju terbuka. Common sense aja.
“Siapkan hati untuk beragam kejutan. Karena kadang ada rencana yang gagal. Kalo hati udah siap dari awal semua bisa dijogetin aja”—Lani Eleonora
Winny: Di mana pun di penjuru dunia, yang namanya aman tidak aman pasti ada. Yang pasti, bagi perempuan untuk solo traveling aman-aman saja, sepanjang kita berpikiran positif dan menerapkan pepatah: di mana langit dipijak, di situ langit dijunjung. Tinggal pintar-pintar kita saja menyesuaikan diri dengan lingkungan, khususnya perempuan lebih menjaga dari segi pakaian dan sopan santun. Pasti aman kok perjalanannya.
Katrin: Menurut aku bahaya atau nggaknya itu tergantung orangnya, bukan negaranya atau daerahnya. Traveling itu buat siapa aja kalau itu orang nggak hati-hati ya pasti bahaya. Misalnya cowo yang suka cari masalah, mau ke daerah mana pun pasti jadi bahaya, ya toh?
“Asal kita selalu peka terhadap sekeliling (which you should be anyway, regardless the place) dijamin ga berbahaya”—Katrin Praseli.
Ketakutan terbesar selama solo traveling ke luar negeri?
Bijo: Keabisan duit, saya takut banget kalo keabisan duit saat solo traveling, karena gak ada yang bisa diutangin. Apalagi pas ke Iran, gak bisa pake kartu kredit dan tarik ATM. Kan nggak lucu kalo keabisan duit pas di Iran, masak mau ngutang sama Abang Iran, ntar bayarnya gimana, pake surat nikah? Ehh.

Lani: Kehabisan ongkos karena kebanyakan party. Dan itu terjadi
Winny: Ketakutan terbesar adalah kehabisan uang, karena pas habis uang tidak bisa ke mana-mana. Terus takut uang yang dibawa tidak cukup. Karena faktor ini yang sangat riskan ketika jalan sendiri.
https://www.instagram.com/p/BM5_VOeA2BJ
Katrin: Kecelakaan (amit-amit). Apalagi kalau traveling ke negara-negara berkembang. Makanya aku selalu beli asuransi travel. Mau bayar lebih bodo amat, asalkan aku bisa tenang di tempat tujuan.
Baca juga: Mengapa Berlibur Membuat Kita Lebih Baik di sini.
Pernah merasa terintimidasi ketika solo traveling? Apa?
Bijo: Nggak pernah.
Lani: Pernah. Waktu di India gue sekali waktu berkhianat pada intuisi dan mengiyakan ajakan orang India yang baru gue kenal untuk mendaki ke gua Jhilmil di Rishikesh. Gue pikir deket jadi gak akan nginep, rupanya jauh dan terpaksa harus menginap di gua bareng. Sementara di gua itu ada sekitar lima orang Baba dan satu orang teman gue. Semuanya laki-laki. Sepanjang malam si teman laki-laki yang gue percaya ini terus berusaha (censored by admin!). Matilah. Gue takut banget kalo salah bereaksi hidup gue abis di situ untungnya gak terjadi apa-apa setelah gue ngeles beberapa kali. Temen gue pun minta maaf keesokan paginya, dengan alasan “sorry semalem dingin” ahelah!

Winny: Belum pernah. Namun pernah saat di Jepang malah berantem dengan teman seperjalanan sehingga akhirnya memisahkan diri dan jalan sendiri-sendiri dan yang serunya malah bertemu dengan orang baru yang super baik.
Katrin: Nggak pernah. Justru aku merasa lebih kuat dan percaya sama insting dan merasa nyaman sama diri sendiri. Karena kalau kemana-mana, makan, foto-foto sendiri, sadar ga sadar pasti jadi nambah PD nya! 😀
Setelah solo traveling ke luar negeri yang terakhir, kapok atau ketagihan? Ada rencana solo traveling ke mana lagi?
Bijo: Ketagihan! Saya udah pegang tiket lagi dan ada rencana solo traveling ke…rahasia hehe. Kalo cita-cita terbesar sih pengen banget solo backpacking ke Patagonia, tapi mahal gak tau kapan bisa kesampean. Ga apa-apa kan ngayal, mumpung gratis hehe.
Lani: Pengen lagiii.. rencananya next mau ke Brazil, mimpinya bisa menjelajah Hutan Amazon, tapi belum tau kapan. Kerja dulu. Uang jajannya abis.
Baca juga: Kalender Acara Pariwisata Nasional 2017 di sini.
Winny: Solo traveling bikin nagih sih, karena bisa mengenal diri sendiri, apa kekurangan seperti belajar intropeksi diri. Intinya bikin nagih. Untuk solo traveling lagi, aku ingin ke Eropa menjelajah setiap sudutnya sendirian.

Katrin: Bisa ditebak dong… ketagihan! Paling asik ke negara-negara yang murmer seperti negara-negara ASEAN dan Cina. Kalau murah, beli apa pun, makan apa pun, kayanya lebih puas karena ga ngerasa abis dirampok! Haha..
Terakhir, buat perempuan lain yang ingin solo traveling ke luar negeri, hal apa yang paling perlu disiapkan atau dilakukan?
Bijo: Niat, usaha, dan doa. Kalo udah niat banget pasti kamu bakalan melakukan segala usaha dan upaya. Kalo semua persiapannya udah beres, jangan lupa berdoa dan minta izin orang tua dan beritahukan mereka informasi perjalanan seperti itinerary perjalanan, daftar kenalan yang bakal ditemui di jalan (kalau ada) dan selalu kabarin ke mereka kalo ketemu wi-fi.
“Jangan lupa berdoa dan minta ijin orang tua dan beritahukan mereka informasi perjalanan seperti itinerary perjalanan.” —Bijo.
Lani: Tentukan tujuan, biarpun banyak beloknya yang penting tetap tau mau ke mana dan mau ngapain. Cari tau apa pun tentang negara tersebut, situasi sosial politiknya, ekonominya, budayanya, ini penting karena akan berpengaruh ke itinerary, budgeting dan manajemen kelakuan *wink*
Winny: Paling tidak, sudah mengenal duluan tempat yang hendak dikunjungi. Sehingga dalam melakuan perjalanan lebih percaya diri. Nah di sini kita harus supel, jangan malu berteman jika melihat solo traveler juga saat di jalan, karena kalau tujuan sama bisa share cost loh, atau berinteraksi dengan warga lokal juga seru.
Katrin: Pastiin bawa uang lebih, bukan kartu kredit, ya… karena ga semua tempat terima kartu kredit. Kalau buat trip Everest ini aku bawa uang lebih hampir 1000 USD karena takut-takut kalau aku pingsan (amit-amit) dan harus diangkat sama helikopter, itu akan makan uang sekitar 500 USD. Dan juga kalau dari Bandara Lukla (awal pendakian ke Everest Base Camp) ke Bandara di Kathmandu tiba-tiba tutup karena cuaca yang jelek, harus charter helikopter juga. Untungnya hal itu nggak terjadi sih, tapi, aku selalu sisain uang lebih untuk hal-hal yang ga bisa kita kontrol 🙂
Tertarik, teman? Itu baru sepotong cerita pengalaman seru mereka selama berlibur sendirian. Saya tidak mungkin menulis semuanya di sini.
Tapi tenang. Jika Anda tertarik untuk mendengar cerita atau tips lebih dalam, Bijo, Lani, Winny, dan Katrin siap berbagi. Silakan bertamu ke halaman Instagram mereka!
Baca juga: Solo Traveling. Berani? di sini.
Selamat berakhir pekan!
keren kak, jadi pengen traveling nih
LikeLiked by 1 person