Berlibur bersama teman-teman? Terdengar seru, terkadang. Kenyataannya, menghabiskan waktu liburan bersama teman-teman terkadang membuat liburan saya menjadi salah satu pengalaman liburan terburuk yang pernah saya jalani. Saya sudah mengeluarkan dana dan menghabiskan masa cuti untuk membeli pengalaman yang tidak menyenangkan. Merasa rugi? Iya.
Ada yang bilang, hubungan pertemanan akan diuji ketika berlibur bersama. Ada benarnya. Tapi terserah Anda. Terkadang hubungan baik dengan teman menjadi tidak lengket hanya karena masalah-masalah remeh.

Lalu apakah lebih baik berlibur sendiri saja? Terkadang demikian. Tergantung bagaimana saya menginginkan liburan saya. Jika saya hanya ingin bertamasya ke Yogyakarta atau Tanjung Puting, saya memilih sendirian. Tapi jika saya ingin menikmati segelas kopi di lereng Gunung Rinjani atau menghemat biaya ke Pulau Sempu, saya akan menggandeng teman-teman saya.
Saya menyukai solo traveling, tetapi tetap fleksibel untuk bepergian bersama teman-teman. Saya mencatat pengalaman-pengalaman saya, bagaimana mempersiapkan diri berlibur bersama teman-teman (tanpa ingin mendorongnya ke sungai penuh buaya).
1. Pilah dan Pilih Teman
Menyebarluaskan rencana liburan Anda di media sosial adalah cara terbaik untuk mengundang teman liburan secara acak. Kecuali Anda cukup tegas untuk mengatakan ‘tidak’ kepada rekan kerja yang sangat ingin berlibur bersama Anda, jangan lakukan itu. Jangan sebarkan rencana liburan di media sosial.
Percayalah, memilah dan memilih teman bukanlah suatu hal yang buruk. Termasuk memilih teman liburan. Pengalaman saya yang mengatakan hal itu.
Bedakan teman dan rekan. Menjadi rekan kerja yang menyenangkan tidak menjadikan seseorang teman berlibur yang menyenangkan. Teman tidak sama dengan rekan. Ini hal pertama yang saya catat.

Saya lebih suka memastikan teman perjalanan saya adalah orang yang memiliki kesamaan anggaran dan gaya berlibur dengan saya. Saya tidak mau membuang energi untuk memperdebatkan kereta api dan pesawat terbang, atau hostel dan hotel berbintang.
Baca juga: “Solo Traveling. Berani?” di sini.
2. Diskusi dan Bagi Tugas
Bukan, ini bukan diskusi serius. Anda bisa melakukannya di kedai kopi atau di grup WhatsApp. Terserah. Hal yang hendak saya sampaikan adalah: pastikan semua orang dalam kelompok Anda tahu tempat-tempat yang akan dikunjungi, perkiraan biaya perjalanan, atau keinginan masing-masing anggota kelompok.
Jika Anda senang mempersiapkan perjalanan liburan seorang diri, lakukan. Namun, sekali lagi, pastikan semua anggota kelompok tahu rencana yang Anda susun.

Jika Anda keberatan melakukannya secara swadaya, bagikan tugas ke teman-teman Anda. Bersifat bossy selama perjalanan liburan adalah cara terbaik untuk merusak kesenangan liburan—sekaligus pertemanan—Anda. Sebarkan tugas. Anda memesan tiket pesawat, teman Anda mencari penginapan, teman Anda yang lainnya mencari tempat rental kendaraan, misalnya.
3. Pengeluaran Pribadi dan Pengeluaran Kelompok
Masalah uang bisa menjadi akar dari rusaknya pertemanan Anda. Ketika saya makan malam bersama teman-teman saat liburan, saya selalu memisahkan tagihan masing-masing dan membayarnya dari dompet masing-masing. Contoh mudahnya, pengeluaran saat makan.
Kalau pun tidak, saya selalu mengingat setiap pengeluaran pribadi yang ditanggungkan ke kocek teman. Ketika waktu luang tiba, misalnya di penginapan, saya bisa menyelesaikan hal ini sebelum lupa.
Satu kali lupa, mungkin teman saya masih rela. Tapi kalau saya lupa berkali-kali, teman saya mungkin akan mendorong saya ke sungai penuh buaya tadi.
Tapi ada pula pundi-pundi uang kelompok yang saya siapkan. Uang ini disiapkan untuk pengeluaran bersama. Katakanlah biaya penginapan, biaya sewa kendaraan, atau biaya jasa porter.
Jika ada teman yang sangat telaten dalam mencatat dan mengingat, saya merekomendasikan orang itu untuk bertanggung jawab atas uang kelompok ini.
4. Berpisah? Bukan masalah!
Suatu hari, saya sangat ingin menyantap babi guling untuk makan siang. Teman saya lebih ingin ikan bakar. Ada pula yang belum lapar sama sekali. Lantas? Apakah saya harus mendandani ikan bakar seperti babi guling sementara teman yang belum lapar hanya menunggu di rumah makan? Tidak. Berpencar saja.
Saya pikir berpisah selama 30 menit atau lebih untuk memenuhi nafsu makan masing-masing bukanlah suatu hal yang merusak pertemanan. Tentu saja, daripada saya menahan lapar karena teman saya belum lapar, atau daripada saya terpaksa makan ikan bakar ketika sedang ingin mencicipi babi panggang di hari terakhir berlibur.

Saya tahu Anda begitu menyanyangi teman Anda. Mungkin Anda merasa khawatir membayangkan teman Anda ditelan dinosaurus ketika Anda meninggalkannya makan. Jika keadaan dan corak pertemanan Anda memaksa Anda untuk selalu bersama tak terceraikan 24 jam, maka….
6. Berkompromilah
Teman Anda adalah seorang party animal yang ingin melompat dari satu klub ke klub lainnya dalam satu malam, namun Anda lebih ingin menikmati suasana malam yang hangat di salah satu sudut kota. Berkompromi saja.

Salah satu bisa mengalah untuk ikut berjoget ria di lantai dansa dan menyimpan rencana lain untuk malam berikutnya. Atau, Anda bisa membagi waktu pada malam itu untuk dua aktivitas yang berlainan. Intinya, berhentilah bersikap keras kepala dan cobalah untuk menjadi fleksibel.
Bagaimana? Anda pernah mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan ketika berlibur bersama orang lain? Atau Anda punya tips lain untuk mempersiapkan perjalanan bersama teman?
64 thoughts on “Tips Berlibur Bersama Teman (tanpa Ingin Mencekiknya)”