Tips dan Inspirasi, Ulasan

5 Rekomendasi ‘Travel Show’ di Netflix

Setiap orang berwisata dengan alasan, tujuan, dan gayanya masing-masing. Ada yang berlibur untuk sekedar menjauh dari rutinitas pekerjaan (walau masih tetap diganggu), untuk memanjakan perut dengan petualangan kuliner, hingga untuk mendatangi acara-acara lokal yang hanya bisa mereka alami pada waktu tertentu.

Jika Anda bosan dengan perjalanan yang begitu-begitu saja, daftar tayangan Original Netflix ini mungkin bisa menjadi referensi untuk menentukan perjalanan Anda berikutnya. Tidak melulu soal tempat tujuan dan agenda liburan Anda, namun juga inspirasi bagaimana Anda cara Anda menikmati setiap detail dari perjalanan Anda. Kita mulai dari wisata kuliner.

Street Food

MV5BMjI5NmJjY2MtNDFlZi00ZjZjLTk0ZjAtMjEyYjFkMTUwMzY4XkEyXkFqcGdeQXVyNjI4ODE4Mjk@._V1_

Ketika sebagian orang berkelakar mengubah falsafah “makan untuk hidup menjadi hidup untuk makan”, para pejuang ini tengah membanting tulang menjual makanan untuk dapat bertahan hidup. Sembilan episode Street Food season Asia memiliki benang merah yang tegas membentang: ada kisah perjuangan di dalam seporsi hidangan kaki lima yang mendunia.

Street Food bisa jadi salah satu referensi Anda mencari pilihan kuliner di Asia. Selama sekitar 30 menit, setiap episode Street Food mengajak Anda menjajal berbagai hidangan yang disajikan di pinggir jalan. Mulai dari kue lupis Mbah Satinem di Yogyakarta, chaat  yang menggoda di Delhi, sampai crab omelette yang legendaris di Bangkok.

Secara sinematografi, Street Food memang bagus, menggiurkan. Namun tidak spesial. Adegan memasak yang cinematic hingga atraksi melempar mi di udara dan menuangkan kuah dalam gerakan lambat sudah jamak saya lihat di berbagai acara kuliner.

Hal yang saya suka dari serial ini, ada cerita di balik setiap rasa, cerita yang tidak dicicipi oleh setiap pelanggan mereka. Cerita-cerita ini begitu menyentuh, namun tidak dibungkus dengan drama yang menjual sedihnya ketidakberdayaan, melainkan menularkan semangat.

Episode favorit saya: Bangkok, Thailand dan Delhi, India.

Somebody Feed Phil

SFP3

Tidak ada garis cerita yang spesial dalam episode-episode berdurasi sekitar 50 menit di Somebody Feed Phil. Host paruh baya yang berkeliling kota, menelusuri pasar tradisional, dan ditemani oleh jurnalis kuliner lokal berinteraksi dengan masyarakat adalah hal-hal yang yang jamak saya temukan di acara-acara kuliner lain.

Salah satu hal yang membuat acara ini menarik buat saya adalah Philip Rosenthal itu sendiri. Dengan gayanya yang santai dan ‘apa adanya’, Phil nampak seperti anak kecil yang selalu penasaran, berantusias, dan takjub melihat jajanan di depan sekolah (plus, ia juga tak pernah lupa untuk ber-video call dengan orang tuanya di setiap episode).

Phil tidak datang dari latar belakang koki atau jurnalis kuliner. Ia adalah seorang produser sejumlah acara televisi. Jadi, jangan mengharapkan Phil memamerkan kemampuannya menebak bumbu atau teknik memasak ketika ia mencicipi makanan. Sebagai gantinya, kita bisa menyaksikan Phil melempar komentar-komentar jujur dan spontan dengan bola mata birunya yang membesar.

Satu hal yang saya pelajari dari Phil: tetaplah penasaran dan jangan ragu untuk menjelajahi suatu kota untuk mencicipi banyak—ya, banyak—varian makanan yang tersedia.

Dua season Somebody Feed Phil akan membawa Anda mengenal kekayaan kuliner di berbagai penjuru dunia, mulai dari Bangkok, Lisbon, hingga Cape Town. Siapkan perbekalan untuk dikunyah, karena Phil akan membuat Anda berpikir untuk mengkhianati diet Anda.

Episode favorit saya: Tel Aviv

Tales by Light

TBL

Anda adalah pegiat fotografi dan menyukai traveling? Para fotografer dunia ini akan menunjukkan bagaimana mereka melukis kisah-kisah perjalanan mereka dengan cahaya. Bersiaplah untuk terpukau oleh cara mereka menghasilkan jepretan-jepretan yang mengagumkan.

Tiga season dalam Tales by Light akan membawa Anda menyibak belantara Papua Nugini untuk memotret Suku Huli, dengan kaum prianya yang gemar merias diri dan berperang; menyelami lautan dalam Australia untuk memotret induk paus bungkuk bersama anaknya; hingga terbang ke India untuk memotret semarak warna-warni Festival Holi.

Apa pun genre fotografi yang para fotografer kawakan ini geluti—alam liar, manusia, atau festival dan budaya—saya melihat pesan yang sama di ke-18 episodenya: fotografi yang baik adalah fotografi yang tidak berjarak dengan subyek yang difoto.

Bagaimana setiap episode merekam masing-masing fotografer mendekatkan diri dan membangun ikatan dengan subyek foto adalah menu utama dari Tales by Light. Cerita-cerita ini akan ditutup manis dengan dessert berupa foto-foto yang dihasilkan di sepanjang episode.

Episode favorit saya: Tribes

Jack Whitehall: Travels with My Father

TMF

Anda berencana mengajak orang tua backpacking ke luar negeri? Coba tonton Jack Whitehall: Travels with My Father dulu. Travels with My Father adalah serial Netflix yang bercerita tentang perjalanan ayah dan anak, diwarnai dengan perbedaan budaya, gaya berwisata, dan tentunya perbedaan generasi.

Jack Whitehall, stand-up comedian asal Inggris, mengajak ayahnya backpacking ke berbagai negara. Mengawali liburannya dari Thailand, Jack membujuk ayahnya untuk merasakan Thailand yang otentik: melebur dengan masyarakatnya, mencicipi makanan kaki lima, dan tinggal di hostel.

Bagi saya, salah satu daya tarik serial ini justru datang dari ayahnya, Michael, yang sangat sinis, grumpy, dan pesimistis terhadap hal-hal ada di luar zona nyamannya. Sifat ini adalah antitesis dari sifat Jack, seorang backpacker enerjik yang sangat berantusias untuk mencoba hal-hal yang khas di tempat-tempat yang mereka datangi.

Meski memiliki pilihan yang berbeda dalam berwisata—yang kadang membuat mereka bertengkar—tak jarang keduanya saling mengalah untuk mencicipi gaya berwisata yang berada di luar zona nyaman mereka.

Terlepas dari peran Michael yang nampak terlalu sinis dan arogan, bagi saya Travels with My Father adalah serial yang jenaka dan menghibur. Serial ini adalah pilihan yang tepat jika Anda ingin menikmati hiburan yang ringan.

Episode favorit saya: Episode 4 (Cambodia)

Dark Tourist

DT

Jika Anda benar-benar bosan dengan wisata yang itu-itu saja, mungkin David Farrier bisa inspirasi Anda menentukan gaya berwisata selanjutnya: dark tourism. Dark Tourist adalah sebuah dokumenter tentang wisata yang tidak jamak masuk dalam rencana perjalanan kebanyakan wisatawan.

Dalam delapan episode, David mengunjungi berbagai benua untuk merasakan pengalaman-pengalaman yang berbahaya dan menyeramkan. Mungkin Anda akan memicingkan mata membaca deretan kegiatan wisata ini: melihat bekas tragedi tsunami dan nuklir Fukushima di Jepang, menemui penganut kultus Santa Muerte yang dikaitkan dengan aliran sesat di Meksiko, hingga mendatangi ritual Ma’nene atau mengganti pakaian jenazah yang telah lama dikubur di Tana Toraja.

Meski terlihat menyeramkan untuk sebuah liburan, saya pikir jenis wisata seperti yang David lakukan nampak menarik untuk dicoba suatu saat.

Episode favorit saya: South East Asia dan Africa

7 thoughts on “5 Rekomendasi ‘Travel Show’ di Netflix”

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.