Gaya pendakian ultralight memang tidak terlalu populer di kalangan pendaki Indonesia secara umum. Namun di negara asalnya, Amerika Serikat, gaya pendakian ini sudah jauh lebih populer di kalangan petualang; tak hanya di komunitas pendaki, namun di kalangan traveller pada umumnya. Salah satu alasannya: mereka yang cenderung bepergian lebih lama menginginkan beban yang lebih ringan di bahu mereka.
Lantas, apakah pendakian bergaya ultralight kurang cocok diterapkan di Indonesia? Mengapa gaya pendakian ini tidak begitu populer di sini?
“Karena relatif baru, di AS dimulai tahun 90-an, sedangkan di sini sangat terlambat, nyaris 2 dekade kemudian, itu pun masih dalam taraf coba-coba,” Jali menjawab pertanyan-pertanyaan saya seputar kegiatan pendakian ultralight. Jali adalah salah satu pegiat pendakian ultralight yang aktif berpartisipasi di forum Indonesian Ultralight Backpacking di Facebook.
Di Indonesian Ultralight Backpacking, geliat orang-orang yang tertarik dengan kegiatan ultralight hiking atau backpacking begitu terasa. Anggota grup ini produktif mengulas produk-produk ultralight, tips membuat peralatan pendakian ultralight, hingga diskusi mengenai pengalaman pendakian gaya ultralight. Bahkan tak jarang, foto-foto kegiatan pendakian ultralight atau kegiatan diskusi membahas kegiatan ultralight backpacking juga terlihat di dinding percakapan grup ini.
Menurut kamus Merriam-Webster, ultralight berarti extremely light in mass or weight. Meski demikian, tidak ada defisini pasti yang mampu menjabarkan ultralight hiking atau ultralight backpacking.
Dari beberapa pengertian ultralight hiking yang saya temukan, saya bisa merangkum bahwa pendakian ultralight adalah pendakian yang dilakukan dengan meminimalisasi beban perlengkapan yang dibawa tanpa mengesampingkan faktor keamanan dan keselamatan pendaki.
Material yang Ringan
Prinsip utama mengurangi beban bawaan dalam pendakian ultralight adalah memilih perlengkapan berbahan berbahan ringan, terutama untuk the big three, yaitu tenda, kantung tidur, dan tas.

Meski pendakian ultralight d Indonesia belum begitu populer, tidak sulit untuk mencari produk-produk ultralight di gerai-gerai online. Untuk tenda misalnya, sangat mudah bagi kita menemukan tenda ultralight di internet, baik itu tenda dengan rangka atau pun tenda jenis tarp tent.
Berat maksimal suatu jenis perlengkapan pendakian untuk dapat dikategorikan sebagai barang ultralight memang samar. Lebih jauh lagi, berat total maksimum perlengkapan pendakian sehingga dapat disebut sebagai pendakian ultralight juga bukanlah sebuah pakem.
Menariknya, angka ambang batas ini ditetapkan berdasarkan konsensus atau kesepakatan pegiat ultralight di lingkup tertentu. Jali, misalnya, mengganggap beban maksimal yang dibawa dalam pendakian ultralight di Indonesia adalah 6 kilogram.
Perlu diketahui bahwa angka yang disepakati ini hanya berlaku untuk peralatan pendakian saja, tidak mencakup barang yang mengalami penyusutan berat, seperti air, makanan, dan bahan bakar.
Mahal atau Murah itu Pilihan
Harga perlengkapan pendakian ultralight cenderung lebih mahal jika dibandingkan dengan perlengkapan konvensional. Salah satu alasannya, pada umumnya perlengkapan ultralight ini adalah produk impor.
Baru sedikit produsen perlengkapan kegiatan alam terbuka dalam negeri yang serius menggarap produk ultralight. Para produsen ini pun pada umumnya bukan para produsen raksasa di Indonesia, semacam Eiger atau Arei, melainkan produsen dengan skala dan popularitas yang lebih kecil, misalnya Kalahari dan Ngapak Design. Keduanya merupakan nama produsen perlengkapan ultralight yang sering direkomendasikan di forum Indonesian Ultralight Backpacking.
Pertimbangan Beralih ke Ultralight?
Saya sendiri belum sepenuhnya beralih ke pendakian ultralight, jika mengacu pada standar berat maksimal yang diakui oleh sejumlah ultralight backpackers di Indonesia.
Namun, saya sudah mulai menggunakan beberapa jenis perlengkapan pendakian yang berbahan ultralight, misalnya tenda berkapasitas satu orang, perlengkapan tidur (matras angin dan kantung tidur), dan kompor.

Pertimbangan memilih barang ultralight yang saya beli ini tidak saya dasarkan pada beban maksimal yang disepakati oleh komunitas atau perkumpulan pendaki mana pun, melainkan berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan subyektif saya pribadi.
Misalnya, saya tidak mengganti tenda dengan tenda jenis tarp tent, karena saya merasa tenda ultralight dengan rangka yang saya gunakan sekarang jauh lebih aman dan nyaman untuk digunakan, meskipun lebih berat dari tarp tent. Benar atau tidak, entah. Saya belum pernah membandingkan tenda saya dengan tarp tent di lokasi, di kondisi, dan di waktu yang sama.
Perpaduan antara kebutuhan, keamanan, dan kenyamanan menggunakan barang ultralight menjadi pertimbangan yang benar-benar subyektif dan personal dalam memilih perlengkapan ultralight.
Selain pertimbangan keamanan dan kenyamanan, pertimbangan saya yang lainnya adalah harga. Jika barang ultralight yang saya incar ini benar-benar saya butuhkan, harganya rasional untuk membayar pemenuhan kebutuhan saya tersebut, maka sudah hampir pasti saya akan membeli barang tersebut. Barang-barang ultralight yang saya miliki pun tidak saya beli sekaligus, melainkan saya beli satu-persatu dalam kurun waktu yang cukup lama.
Bagaimana dengan Anda? Sudah mulai menggunakan barang-barang ultralight untuk pendakian atau kegiatan backpacking?
Kita satu grup ya kak 😁👍
Memang untuk tenda saya pun masih setia dengan jenis konvensional yang bobotnya tidak lebih dari 2kg, untuk tarp tent Saya belum Nemu yang sreg. Dan untuk saat ini pun saya mencoba mencicil pemangkasan bobot si Big Three mulai dari sleeping bag dulu deh karena makhluk satu ini paling rakus ruang di dalam ransel. 😂
LikeLiked by 1 person
Hahaha.. Coba pakai sleeping bag Kalahari mungkin, Mas Hasan? Lumayan ngirit tempat di tas 😄
LikeLike
Jadi beratnya ultralight tapi harga extraweight ya 😀
Aku belum nanjak lagi, bang. Kalau buat traveling, belakangan malah makin heboh karena harus bawa laptop 15 inch, kamera DSLR, dan tripod. maklum, masih jadi petani konten independen.
LikeLiked by 1 person
Eh, bagi-bagi lah tips traveling bawa laptop, kamera, dan tripod. Hahaha. Pake tas apa, Mas?
LikeLike